Featured Post
Featured Post
ILMU BUDAYA DASAR : BAB 12 MANUSIA, HIDUP DAN KEMATIAN
NAMA : IFAN EFENDI NPM : 1B117043 PENDAHULUAN Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang le...
NAMA : IFAN EFENDI
NPM : 1B117043
PENDAHULUAN
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk:2)
Manusia dan kematian adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, bak sekeping mata uang logam, keduanya saling bertautan. Selaras dengan hukum alam –sunnatullah-, bahwa setiap yang mempunyai jiwa akan mengalami kematian, maka kematian manusia adalah hal yang pasti dan tidak dapat terelakkan.
Kematian manusia adalah proses yang terus berlangsung. Kematian manusia, karenanya, adalah problema manusia masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Problema seperti ini kita sebut problem filosofis-eksistensial yang tak kenal batasan spasio-temporal. Namun demikian, bingkai historis tetap diperlukan untuk memberi insight tentang sebab-musabab dan dampak luasnya terhadap keadaan kemanusiaan.
Dalam makalah ini kami ingin paparkan sekelumit tentang manusia dan kematian yang meliputi hakekat kehidupan, kematian, keutamaannya dan persiapan menghadapinya dengan merujuk kepada al-Qur'an dan Hadits.
PEMBAHASAN
a. Pengertian hidup
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan interaksi antara keduanya. Atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan. Jadi, hidup itu merupakan sumber kenikmatan; sebab dengan adanya hidup maka tidak seorang pun dapat menikmtai arti kehidupan dunia serta merasakan pembalasan baik buruk di akhirta nanti.
Namun, lebih luas M. Mutawalli Asy-Sya'rawi mengatakan, bahwa kehidupan tidak terbatas hanya pada kehidupan jin dan manusia, tapi mencakup semua makhluk yang ada di alam ini. Beliau menganggap salah selama ini orang-orang terlanjur mendefenisikan makhluk hidup itu sebagai sesuatu yang dapat merasa dan bergerak, padahal yang sebenarnya makhluk hidup itu semua benda yang dapat melaksanakan fungsinya di alam ini.
Sepintas kita melihat benda padat (jamad) itu memang tidak bergerak (mati), padahal yang sebenarnya ia hidup. Kesimpulan kita selama ini hanya didasarkan pada interpretasi umum yang menyatakan bahwa gerak merupakan ciri bagi makhluk hidup. Bahkan dijelaskan dalam al-Qur'an bahwa benda padat bisa menangis (QS. Al-Dukhan:29), bisa mendengar (QS Fushshilat:11) dan bisa berbicara (QS. al-anbiya:79;al-Isra:44).
Dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai tempat kehidupan dan kematian. Sedangkan alam akhirat dijadikan sebagai tempat pembalasan dan kemudian tempat yang kekal abadi.
Allah telah menciptakan hamba-Nya di dunia ini untuk menyembah hanya kepada-Nya serta menguji mereka, sehingga dapatlah diketahui siapa di antara mereka yang paling baik amalnya, nanti akan diberi balasan pahala, atau siapa yang berbuat durhaka maka nanti akan mendapatkan siksa. Firman Allah swt
Sedangkan pengertian mati yang sering dijumpai dalam istilah sehari-hari adalah:
1. kemusnahan dan kehilangan total roh dari jasad.
2. terputusnya hubungan antara roh dan badan.
3. terhentinya budi daya manusia secara total.
Mengenai pengertian mati yang pertama dan kedua di atas, kalau dikaji dengan keterangan-keterangan yang bersumber dari agama (Islam), maka kematian bukanlah kemusnahan atau terputusnya hubungan. Kematian hanyalah terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan dilanjutkan kehidupannya pada alam kedua. Ajaran agama menggambarkan adanya konsepsi pertalian alam dunia dan alam akhirat serta menggambarkan prinsip tanggung jawab manusia selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad saw. : "apabila anak Adam telah mati, maka terputuslah daripadanya budi-dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang berguna, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya". Demikian pula firman Allah:
dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. Al-Baqarah:154)
Sedangkan proses kematian manusia itu sendiri tidak dapat diketahui dengan jelas, karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi fisik dapat diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila pernapasan dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah proses roh manusia melepaskan diri dari jasadnya, oleh karena itu proses kematian dari segi rohani ini sulit dijelaskan secara inderawi, tetapi nyata terjadi.
Mengenai roh, para ulama saling berbeda pendapat, sehingga menjadi dua golongan. Segolongan bersikap diam dan tidak mau mengatakan pengertian roh dan tidak mengadakan apa-apa. Hanya mereka itu berkata: "Roh adalah tetap pada urusan Tuhan dan termasuk rahasia-Nya yang Allah perlihatkan gejala-gejalanya dengan ilmu-Nya, tetapi Dia tidak memberikan ilmu dan pengetahuan tentang roh itu kepada siapa pun. Inilah sebagai alasan mereka, seperti yang telah difirmankan oleh Allah:
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. Al Israa' : 85)
Kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai manusia dewasa ini (bahkan sampai kapan pun) ternyata tidak sanggup mengatasi masalah kematian. Ilmu pengetahuan hanya mampu menyelidiki sebab-sebab kematian, sekalipun bahwa pada hakikatnya tidak ada sebab kematian kecuali ajal.
Kematian bukanlah proses akhir bagi kehidupan sebenarnya, tapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Ada empat fase yang telah dan akan dilewati manusia dalam perjalanan hidupnya:
1. fase kematian di alam substansi
2. fase kehidupan dunia
3. fase kematian di alam barzakh
4. fase kehidupan di akhirat (kehidupan sebenarnya, kekal dan abadi).
c. Keutamaan Mati
Keutamaan dan fungsi kematian sulit untuk dijawab apabila berdasarkan atas akal. Fungsi kematian ada apabila jawabannya bersumber dari ajaran-ajaran agama. Ajaran agama tidak memandang semata-mata sebagai kematian fisik, tetapi berfungsi rohaniah, yaitu untuk memberikan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu hidup. Fungsi kematian adalah untuk menghentikan budi-daya, prestasi dan sumbangan seluruh potensi kemanusiaannya .
Seseorang yang berkecimpung dalam kemewahan dunia dan tenggelam karena tertipu oleh keindahannya serta sangat mencintai kesenangan-kesenangannya, pastilah ia lupa untuk mengingat kematian. Bahkan ia tidak ingat sama sekali bahwa suatu ketika ia juga akan mati. Seandainya ia diingatkan oleh orang lain, ia malahan membencinya. Golongan semacam ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu'ah:8)
Orang yang tidak ingat bahwa dirinya akan mati, maka ia akan menjadi orang yang celaka. Biasanya ia berbuat sewenang-wenang, sombong, angkara murka dan lain-lain, sifat yang tidak terpuji. Berbeda dengan orang yang selalu mengingat mati. Ia akan menjauhi sifat-sifat yang tidak terpuji. Karena itu, mengingat mati termasuk salah satu yang terpuji dan yang paling utama.
Banyak hadits nabi yang menganjurkan mengingat mati, di antaranya adalah:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَذَّامِ اللَّذَّاتِ (رواه الترمذي)
"Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kenikmatan)" (HR. Tirmidzi)
Dengan kematian, seorang mukmin akan mendapat pahala dan ganjaran, sebab ia bersabar dalam menerima penderitaan dan kesakitan mati.
Sebenarnya, dengan dirahasiakannya kematian itu ada hikmah yang dapat diambil oleh manusia. Pertama, setiap saat manusia akan selalu sadar dan yakin bahwa ia akan menjumpai kematian, dengan demikian manusia akan bersegera melakukan amal kebaikan dan menjauhkan dari perbuatan maksiat. karena merasa takut jika tiba-tiba ajal menjemput sementara amal kebaikan dirasa masih sedikit. Kedua, kita merasa yakin bahwa tidak ada sebab kematian kecuali ajal, karena sesungguhnya segala sebab kematian yang kita perhitungkan seperti rasa sakit, ketuaan dan lain sebagainya hanyalah merupakan sebab yang tidak hakiki. Karena, jika mati datang, ia tidak memerlukan sebab.
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).
d. Menyiapkan Diri Untuk Mati
Dalam menyikapi kematian, tiap orang bermacam-macam sesuai dengan keyakinan dan kesadaran yang dimilikinya, di antaranya adalah:
1. orang yang menyiapkan dirinya dengan amal perbuatan yang baik karena menyadari bahwa kematian bakal datang dan mempunyai makna rohaniah.
2. orang yang mengabaikan peristiwa kematian, yang menganggap kematian sebagai peristiwa alamiah yang tidak ada makna rohaniahnya.
3. orang yang merasa takut atau keberatan untuk mati karena terpukau oleh dunia materi.
4. orang yang ingin melarikan diri dari kematian karena menganggap bahwa kematian itu merupakan bencana yang merugikan, mungkin karena banyak dosa, hidup tanpa norma, atau beratnya menghadapi keharusan menyiapkan diri untuk mati.
Menurut Zakiah Daradjat, khusus pada usia remaja, kematian dipandangnya sebagai akhir yang harus dialami oleh setiap manusia dan mati merupakan suatu bencana alamiah yang besar, oleh karenanya remaja merasa takut, ia tidak ingin menghayalkan bahwa ia akan terlepas dari bencana mati itu, akan tetapi ia mencari keyakinan logis yang lebih mendalam, misalnya dengan mempercayai adanya kehidupan akhirat, sehingga kecemasan terhadap mati akan berkurang dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan akhirat sesudah mati, termasuk adanya surga dan neraka, sehingga hal ini akan mendorong dia untuk mempersiapkan diri dengan memperbanyak berbuat kebaikan.
Ketakutan remaja akan kematian dirinya, karena:
1. berpisah dengan orang-orang yang disayangi dan kuatir meninggalkan mereka.
2. rasa dosa, takut bertemu dengan Allah, seolah-olah takut akan hukuman akhirat.
3. ambisi dan cita-citanya belum dan tidak akan tercapai.
Oleh karena mati adalah pasti, maka sebagai seorang mukmin harus mempersiapkan diri dalam arti tidak lengah untuk mengingat mati yang ada di hadapannya, serta mengingatkan sahabat-sahabatnya atau teman-temannya, sehingga mereka akan mengingat tempat kembalinya yang berada di dalam bumiyang akan menghapuskan wajah-wajah mereka yang baik serta pembalasan yang akan terjadi dalam kuburan mereka, bagaimana anak-anak mereka terlepas, harta mereka tinggalkan, majelis-majelis mereka serta bekas-bekas mereka akan putus. Sabda Nabi Muhammad saw.:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ . وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللهِ (رواه ابن ماجه)
"orang yang cerdik ialah menjauhkan nafsunya dan beramal untuk(persiapan)setelah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah yang menurutkan hawa nafsunya kemudian berharap kepada Allah (untuk mengampuninya") (HR. Ibnu Majah)
Kematian adalah musibah yang besar dan penderitaan yang hebat. Akan tetapi justru yang lebih hebat lagi adalah sikap melalaikan diri untuk mengingat kematian, tidak mau merenungkan soal ini dan tidak mau beramal guna menyongsong kematian itu. Kematian sungguh menjadi suatu pelajaran bagi orang yang mau menyadarinya.
KESIMPULAN
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan interaksi antara keduanya. Arti kehidupan bagi seorang Muslim adalah sebagai kesempatan untuk beribadah kepada Allah swt. sebagai bekal untuk menghadapi hari kemudian (akhirat).
Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin, perpisahan antara keduanya. Bagi seorang muslim, mati bukanlah akhir segalanya. Mati lebih merupakan laksana untuk menuju kehidupan selanjutnya yang kekal dan abadi (akhirat).
Kehidupan setelah kematian merupakan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu hidup di dunia. Sehingga bagi orang yang ingat akan mati, dia akan mempersiapkan dirinya dengan banyak beramal saleh, berlaku zuhud dalam hidupnya dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, orang yang tidak ingat bahwa dirinya akan mati, maka ia akan menjadi orang yang celaka. Biasanya ia berbuat sewenang-wenang, sombong, angkara murka dan lain-lain, sifat yang tidak terpuji.
Sumber :
http://mikaelvoni88.blogspot.com/2011/05/rangkuman-2-bab-xi-manusia-hidup-dan.html
Yoshida Rin
June 04, 2018
New Google SEO
Bandung, Indonesia
NPM : 1B117043
PENDAHULUAN
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk:2)
Manusia dan kematian adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, bak sekeping mata uang logam, keduanya saling bertautan. Selaras dengan hukum alam –sunnatullah-, bahwa setiap yang mempunyai jiwa akan mengalami kematian, maka kematian manusia adalah hal yang pasti dan tidak dapat terelakkan.
Kematian manusia adalah proses yang terus berlangsung. Kematian manusia, karenanya, adalah problema manusia masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Problema seperti ini kita sebut problem filosofis-eksistensial yang tak kenal batasan spasio-temporal. Namun demikian, bingkai historis tetap diperlukan untuk memberi insight tentang sebab-musabab dan dampak luasnya terhadap keadaan kemanusiaan.
Dalam makalah ini kami ingin paparkan sekelumit tentang manusia dan kematian yang meliputi hakekat kehidupan, kematian, keutamaannya dan persiapan menghadapinya dengan merujuk kepada al-Qur'an dan Hadits.
PEMBAHASAN
a. Pengertian hidup
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan interaksi antara keduanya. Atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan. Jadi, hidup itu merupakan sumber kenikmatan; sebab dengan adanya hidup maka tidak seorang pun dapat menikmtai arti kehidupan dunia serta merasakan pembalasan baik buruk di akhirta nanti.
Namun, lebih luas M. Mutawalli Asy-Sya'rawi mengatakan, bahwa kehidupan tidak terbatas hanya pada kehidupan jin dan manusia, tapi mencakup semua makhluk yang ada di alam ini. Beliau menganggap salah selama ini orang-orang terlanjur mendefenisikan makhluk hidup itu sebagai sesuatu yang dapat merasa dan bergerak, padahal yang sebenarnya makhluk hidup itu semua benda yang dapat melaksanakan fungsinya di alam ini.
Sepintas kita melihat benda padat (jamad) itu memang tidak bergerak (mati), padahal yang sebenarnya ia hidup. Kesimpulan kita selama ini hanya didasarkan pada interpretasi umum yang menyatakan bahwa gerak merupakan ciri bagi makhluk hidup. Bahkan dijelaskan dalam al-Qur'an bahwa benda padat bisa menangis (QS. Al-Dukhan:29), bisa mendengar (QS Fushshilat:11) dan bisa berbicara (QS. al-anbiya:79;al-Isra:44).
Dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai tempat kehidupan dan kematian. Sedangkan alam akhirat dijadikan sebagai tempat pembalasan dan kemudian tempat yang kekal abadi.
Allah telah menciptakan hamba-Nya di dunia ini untuk menyembah hanya kepada-Nya serta menguji mereka, sehingga dapatlah diketahui siapa di antara mereka yang paling baik amalnya, nanti akan diberi balasan pahala, atau siapa yang berbuat durhaka maka nanti akan mendapatkan siksa. Firman Allah swt
Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar
Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.(QS. Al-Kahfi: 7)
Allah menjadikan manusia bertempat tinggal di dunia, supaya mereka dapat mengetahui keagungan-Nya dan keluasan ilmu-Nya sehingga mereka mau mengabdi hanya kepada-Nya semata, merendahkan diri kepada-Nya, serta patuh dan tunduk di bawah keputusan takdir-Nya atau mengikuti kehendak-Nya.
Manusia lahir dari perut ibunya tanpa pengetahuan dan kesanggupan apa-apa untuk memberi, menolak atau menghindarkan diri dari suatu bencana atau mendatangkan sesuatu yang menguntungkan dirinya sendiri. Pendek kata ia masih merupakan seorang hamba yang pada Zatnya senantiasa membutuhkan kepada penciptanya. Maka tatkala Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadanya; mencurahkan rahmat dan memberikan sebab-sebab terwujudnya kesempurnaan dirinya lahir batin, memberikan segala macam nikmat-Nya, yang tak mungkin dapat disebutkan dengan lisan maupun tulisan, lantas manusia yang miskin ini mengaku bahwa dirinyalah yang memiliki kekuatan dan sebagai kekuasaan, serta mendakwakan dirinya sebagai penguasa di samping Allah. Ia telah memandang dirinya tidak seperti pandangannya yang pertama ketika ia masih merupakan sesuatu yang asal kejadiannny dari ada, fakir, serba membutuhkan. Ia seolah-olah tidak pernah menjadi makhluk yang miskin lagi kekurangan.
b. Pengertian Mati
Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin, perpisahan antara keduanya, pergantian dari yang satu keadaan kepada keadaan lain. Mati berbeda dengan tidur, karena tidur terputusnya roh sementara dengan hubungan-hubungan lahiriah.
Allah menjadikan manusia bertempat tinggal di dunia, supaya mereka dapat mengetahui keagungan-Nya dan keluasan ilmu-Nya sehingga mereka mau mengabdi hanya kepada-Nya semata, merendahkan diri kepada-Nya, serta patuh dan tunduk di bawah keputusan takdir-Nya atau mengikuti kehendak-Nya.
Manusia lahir dari perut ibunya tanpa pengetahuan dan kesanggupan apa-apa untuk memberi, menolak atau menghindarkan diri dari suatu bencana atau mendatangkan sesuatu yang menguntungkan dirinya sendiri. Pendek kata ia masih merupakan seorang hamba yang pada Zatnya senantiasa membutuhkan kepada penciptanya. Maka tatkala Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadanya; mencurahkan rahmat dan memberikan sebab-sebab terwujudnya kesempurnaan dirinya lahir batin, memberikan segala macam nikmat-Nya, yang tak mungkin dapat disebutkan dengan lisan maupun tulisan, lantas manusia yang miskin ini mengaku bahwa dirinyalah yang memiliki kekuatan dan sebagai kekuasaan, serta mendakwakan dirinya sebagai penguasa di samping Allah. Ia telah memandang dirinya tidak seperti pandangannya yang pertama ketika ia masih merupakan sesuatu yang asal kejadiannny dari ada, fakir, serba membutuhkan. Ia seolah-olah tidak pernah menjadi makhluk yang miskin lagi kekurangan.
b. Pengertian Mati
Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin, perpisahan antara keduanya, pergantian dari yang satu keadaan kepada keadaan lain. Mati berbeda dengan tidur, karena tidur terputusnya roh sementara dengan hubungan-hubungan lahiriah.
Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah
Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditetapkan.. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Zumar: 42)
Maksud ayat di atas, Allah yang menggenggam roh di saat telah tiba saatnya, yaitu tidak adanya hidup, jiwa dan gerakannya. Dan Allah juga menggenggam roh yang belum datang masa ajalnya, di saat ia sedang tidur, di mana roh tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan dan merasakan sekalipun secara batin. Sebab di saat tidur, hidup, jiwa dan gerakan masih ada. Karena itu para ulama mendefenisikan tidur itu sebagai satu naluri yang dengan paksa menimpa seorang, sehingga menghalangi perasaannya untuk mengadakan dan melengahkannya dari kesanggupan untuk mengerti.
Ada pula yang berpendapat bahwa tidur itu adalah pingsan yang hebat yang menimpa pikiran, sehingga menghalangi mengetahui sesuatu yang ada ini.
Dalam keadaan bangun, maka roh manusia berjalan dalam tubuh lahir batin. Dan mengerti tentang Allah menggenggam roh di kala dalam keadaan tidurnya dan dalam keadaan matinya dengan genggaman yang melepaskan dan menahan yaitu Allah menutup roh dengan sesuatu yang dapat mencegahnya dari melakukan segala sesuatu yang dapat dipegang (digenggam). Yang belum sampai batas waktu ajalnya, dilepaskan kembali dan yang sudah sampai kepada maut, maka ditahannya hingga hari kiamat.
Adapun kematian itu sendiri adalah batas kesempurnaan roh (jiwa) dalam hidup (umur). Maka maut berarti menghilangkan seluruh seluruh daya rasa selama roh itu berada di genggaman Allah. Atau maut merupakan penyempurnaan keseluruhan secara hakiki yakni mati dan yang lain adalah penyempurnaan tidur (tidur sempurna), sebab pada hakikatnya adalah mati juga.
Sementara mengenai mati, Munandar Sulaeman mengatakan bahwa kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal dan hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dari jasad (QS. 2:28; 2:164; 33:52; 6:95).
Maksud ayat di atas, Allah yang menggenggam roh di saat telah tiba saatnya, yaitu tidak adanya hidup, jiwa dan gerakannya. Dan Allah juga menggenggam roh yang belum datang masa ajalnya, di saat ia sedang tidur, di mana roh tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan dan merasakan sekalipun secara batin. Sebab di saat tidur, hidup, jiwa dan gerakan masih ada. Karena itu para ulama mendefenisikan tidur itu sebagai satu naluri yang dengan paksa menimpa seorang, sehingga menghalangi perasaannya untuk mengadakan dan melengahkannya dari kesanggupan untuk mengerti.
Ada pula yang berpendapat bahwa tidur itu adalah pingsan yang hebat yang menimpa pikiran, sehingga menghalangi mengetahui sesuatu yang ada ini.
Dalam keadaan bangun, maka roh manusia berjalan dalam tubuh lahir batin. Dan mengerti tentang Allah menggenggam roh di kala dalam keadaan tidurnya dan dalam keadaan matinya dengan genggaman yang melepaskan dan menahan yaitu Allah menutup roh dengan sesuatu yang dapat mencegahnya dari melakukan segala sesuatu yang dapat dipegang (digenggam). Yang belum sampai batas waktu ajalnya, dilepaskan kembali dan yang sudah sampai kepada maut, maka ditahannya hingga hari kiamat.
Adapun kematian itu sendiri adalah batas kesempurnaan roh (jiwa) dalam hidup (umur). Maka maut berarti menghilangkan seluruh seluruh daya rasa selama roh itu berada di genggaman Allah. Atau maut merupakan penyempurnaan keseluruhan secara hakiki yakni mati dan yang lain adalah penyempurnaan tidur (tidur sempurna), sebab pada hakikatnya adalah mati juga.
Sementara mengenai mati, Munandar Sulaeman mengatakan bahwa kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal dan hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dari jasad (QS. 2:28; 2:164; 33:52; 6:95).
Sedangkan pengertian mati yang sering dijumpai dalam istilah sehari-hari adalah:
1. kemusnahan dan kehilangan total roh dari jasad.
2. terputusnya hubungan antara roh dan badan.
3. terhentinya budi daya manusia secara total.
Mengenai pengertian mati yang pertama dan kedua di atas, kalau dikaji dengan keterangan-keterangan yang bersumber dari agama (Islam), maka kematian bukanlah kemusnahan atau terputusnya hubungan. Kematian hanyalah terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan dilanjutkan kehidupannya pada alam kedua. Ajaran agama menggambarkan adanya konsepsi pertalian alam dunia dan alam akhirat serta menggambarkan prinsip tanggung jawab manusia selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad saw. : "apabila anak Adam telah mati, maka terputuslah daripadanya budi-dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang berguna, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya". Demikian pula firman Allah:
dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. Al-Baqarah:154)
Sedangkan proses kematian manusia itu sendiri tidak dapat diketahui dengan jelas, karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi fisik dapat diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila pernapasan dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah proses roh manusia melepaskan diri dari jasadnya, oleh karena itu proses kematian dari segi rohani ini sulit dijelaskan secara inderawi, tetapi nyata terjadi.
Mengenai roh, para ulama saling berbeda pendapat, sehingga menjadi dua golongan. Segolongan bersikap diam dan tidak mau mengatakan pengertian roh dan tidak mengadakan apa-apa. Hanya mereka itu berkata: "Roh adalah tetap pada urusan Tuhan dan termasuk rahasia-Nya yang Allah perlihatkan gejala-gejalanya dengan ilmu-Nya, tetapi Dia tidak memberikan ilmu dan pengetahuan tentang roh itu kepada siapa pun. Inilah sebagai alasan mereka, seperti yang telah difirmankan oleh Allah:
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. Al Israa' : 85)
Kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai manusia dewasa ini (bahkan sampai kapan pun) ternyata tidak sanggup mengatasi masalah kematian. Ilmu pengetahuan hanya mampu menyelidiki sebab-sebab kematian, sekalipun bahwa pada hakikatnya tidak ada sebab kematian kecuali ajal.
Kematian bukanlah proses akhir bagi kehidupan sebenarnya, tapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Ada empat fase yang telah dan akan dilewati manusia dalam perjalanan hidupnya:
1. fase kematian di alam substansi
2. fase kehidupan dunia
3. fase kematian di alam barzakh
4. fase kehidupan di akhirat (kehidupan sebenarnya, kekal dan abadi).
c. Keutamaan Mati
Keutamaan dan fungsi kematian sulit untuk dijawab apabila berdasarkan atas akal. Fungsi kematian ada apabila jawabannya bersumber dari ajaran-ajaran agama. Ajaran agama tidak memandang semata-mata sebagai kematian fisik, tetapi berfungsi rohaniah, yaitu untuk memberikan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu hidup. Fungsi kematian adalah untuk menghentikan budi-daya, prestasi dan sumbangan seluruh potensi kemanusiaannya .
Seseorang yang berkecimpung dalam kemewahan dunia dan tenggelam karena tertipu oleh keindahannya serta sangat mencintai kesenangan-kesenangannya, pastilah ia lupa untuk mengingat kematian. Bahkan ia tidak ingat sama sekali bahwa suatu ketika ia juga akan mati. Seandainya ia diingatkan oleh orang lain, ia malahan membencinya. Golongan semacam ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu'ah:8)
Orang yang tidak ingat bahwa dirinya akan mati, maka ia akan menjadi orang yang celaka. Biasanya ia berbuat sewenang-wenang, sombong, angkara murka dan lain-lain, sifat yang tidak terpuji. Berbeda dengan orang yang selalu mengingat mati. Ia akan menjauhi sifat-sifat yang tidak terpuji. Karena itu, mengingat mati termasuk salah satu yang terpuji dan yang paling utama.
Banyak hadits nabi yang menganjurkan mengingat mati, di antaranya adalah:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَذَّامِ اللَّذَّاتِ (رواه الترمذي)
"Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kenikmatan)" (HR. Tirmidzi)
Dengan kematian, seorang mukmin akan mendapat pahala dan ganjaran, sebab ia bersabar dalam menerima penderitaan dan kesakitan mati.
Sebenarnya, dengan dirahasiakannya kematian itu ada hikmah yang dapat diambil oleh manusia. Pertama, setiap saat manusia akan selalu sadar dan yakin bahwa ia akan menjumpai kematian, dengan demikian manusia akan bersegera melakukan amal kebaikan dan menjauhkan dari perbuatan maksiat. karena merasa takut jika tiba-tiba ajal menjemput sementara amal kebaikan dirasa masih sedikit. Kedua, kita merasa yakin bahwa tidak ada sebab kematian kecuali ajal, karena sesungguhnya segala sebab kematian yang kita perhitungkan seperti rasa sakit, ketuaan dan lain sebagainya hanyalah merupakan sebab yang tidak hakiki. Karena, jika mati datang, ia tidak memerlukan sebab.
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).
d. Menyiapkan Diri Untuk Mati
Dalam menyikapi kematian, tiap orang bermacam-macam sesuai dengan keyakinan dan kesadaran yang dimilikinya, di antaranya adalah:
1. orang yang menyiapkan dirinya dengan amal perbuatan yang baik karena menyadari bahwa kematian bakal datang dan mempunyai makna rohaniah.
2. orang yang mengabaikan peristiwa kematian, yang menganggap kematian sebagai peristiwa alamiah yang tidak ada makna rohaniahnya.
3. orang yang merasa takut atau keberatan untuk mati karena terpukau oleh dunia materi.
4. orang yang ingin melarikan diri dari kematian karena menganggap bahwa kematian itu merupakan bencana yang merugikan, mungkin karena banyak dosa, hidup tanpa norma, atau beratnya menghadapi keharusan menyiapkan diri untuk mati.
Menurut Zakiah Daradjat, khusus pada usia remaja, kematian dipandangnya sebagai akhir yang harus dialami oleh setiap manusia dan mati merupakan suatu bencana alamiah yang besar, oleh karenanya remaja merasa takut, ia tidak ingin menghayalkan bahwa ia akan terlepas dari bencana mati itu, akan tetapi ia mencari keyakinan logis yang lebih mendalam, misalnya dengan mempercayai adanya kehidupan akhirat, sehingga kecemasan terhadap mati akan berkurang dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan akhirat sesudah mati, termasuk adanya surga dan neraka, sehingga hal ini akan mendorong dia untuk mempersiapkan diri dengan memperbanyak berbuat kebaikan.
Ketakutan remaja akan kematian dirinya, karena:
1. berpisah dengan orang-orang yang disayangi dan kuatir meninggalkan mereka.
2. rasa dosa, takut bertemu dengan Allah, seolah-olah takut akan hukuman akhirat.
3. ambisi dan cita-citanya belum dan tidak akan tercapai.
Oleh karena mati adalah pasti, maka sebagai seorang mukmin harus mempersiapkan diri dalam arti tidak lengah untuk mengingat mati yang ada di hadapannya, serta mengingatkan sahabat-sahabatnya atau teman-temannya, sehingga mereka akan mengingat tempat kembalinya yang berada di dalam bumiyang akan menghapuskan wajah-wajah mereka yang baik serta pembalasan yang akan terjadi dalam kuburan mereka, bagaimana anak-anak mereka terlepas, harta mereka tinggalkan, majelis-majelis mereka serta bekas-bekas mereka akan putus. Sabda Nabi Muhammad saw.:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ . وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللهِ (رواه ابن ماجه)
"orang yang cerdik ialah menjauhkan nafsunya dan beramal untuk(persiapan)setelah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah yang menurutkan hawa nafsunya kemudian berharap kepada Allah (untuk mengampuninya") (HR. Ibnu Majah)
Kematian adalah musibah yang besar dan penderitaan yang hebat. Akan tetapi justru yang lebih hebat lagi adalah sikap melalaikan diri untuk mengingat kematian, tidak mau merenungkan soal ini dan tidak mau beramal guna menyongsong kematian itu. Kematian sungguh menjadi suatu pelajaran bagi orang yang mau menyadarinya.
KESIMPULAN
Hidup adalah pertalian roh dan badan serta hubungan interaksi antara keduanya. Arti kehidupan bagi seorang Muslim adalah sebagai kesempatan untuk beribadah kepada Allah swt. sebagai bekal untuk menghadapi hari kemudian (akhirat).
Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin, perpisahan antara keduanya. Bagi seorang muslim, mati bukanlah akhir segalanya. Mati lebih merupakan laksana untuk menuju kehidupan selanjutnya yang kekal dan abadi (akhirat).
Kehidupan setelah kematian merupakan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu hidup di dunia. Sehingga bagi orang yang ingat akan mati, dia akan mempersiapkan dirinya dengan banyak beramal saleh, berlaku zuhud dalam hidupnya dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, orang yang tidak ingat bahwa dirinya akan mati, maka ia akan menjadi orang yang celaka. Biasanya ia berbuat sewenang-wenang, sombong, angkara murka dan lain-lain, sifat yang tidak terpuji.
Sumber :
http://mikaelvoni88.blogspot.com/2011/05/rangkuman-2-bab-xi-manusia-hidup-dan.html
ILMU BUDAYA DASAR : BAB 12 MANUSIA, HIDUP DAN KEMATIAN
Posted by Blognya ivan on Monday, 4 June 2018
Yoshida Rin May 19, 2018 New Google SEO Bandung, Indonesia
MEDIA PEMBELAJARAN 5 PRINSIP DASAR DESAIN GRAFIS (TUGAS ANIMASI DAN DESAIN GRAFIS)
Posted by Blognya ivan on Saturday, 19 May 2018
NAMA : IFAN EFENDI
NPM : 1B117043
A. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap
yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan
sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu
menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan.
Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang
akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan
kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing.
Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan
untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang
akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk
merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan
berkehandak.
Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan
sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat
terwujud.
B. Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya manusia itu
adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu
interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat.
Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah
yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun
mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi
dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat, ialah sifat,
keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak
manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir,
berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai
kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kebutuhan hidup, sudah
kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan
hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai
dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a) Kelangsungan hidup (survival)
b) Keamanan (safety)
c) Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
(be loving and love)
d) Diakui linkungan (status)
e) Perwujudan cita – cita (self
actualization)
C. PENGERTIAN DOA
Menurut bahasa do'a berasal dari
kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a
berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau
tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.1
Adapun lafadz do'a yang ada dalam
al Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, seperti firman Allah:
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak
memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian make,
kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan.
Seperti pada firman Allah: Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami
jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.
(al Anbiya: 15).
3. Panggilan atau seruan. Allah
berfirman: Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu
dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan,
apabila mereka itu berpaling ke belakang. (ar- Rum: 52)
4. Meminta pertolongan. Allah
berfirman: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang at Qur'an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at Qur'an
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. (al Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti firman
Allah: Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjagapenjaga
jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari
kami barang sehari." (al Mukmin: 49).
Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy
berkata: "Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada
selain Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." 2
Adapun perbedaan antara kedua
macam do'a tersebut adalah:
Do'a masalah (permintaan) adalah:
Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu
yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan
kepada Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan
kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan
permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau
tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan
kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti
meminta prang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau membawakan
barangnya dan ini hukumnya boleh.
Do'a Ibadah maksudnya Semua
bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah balk lahiriah maupun
batiniah, karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa,
Haji dan sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan
dijauhkan dari azab-Nya.
D. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata
percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal
– hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada
beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :
Ia tidak percaya pada diri
sendiri.
Saya tidak percaya ia berbuat
seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
Bagaimana juga kita harus percaya
kepada pemerintah.
Kita harus percaya akan nasehat –
nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat
diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah
kebenaran.
E. Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah
kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu
ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya
percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya
tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau
dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu
dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya,
perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan
yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis
menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu
berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau
setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah
ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu
raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh
Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan
bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat
adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah
negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti
hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang
ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara
totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan
tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori
atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar,
karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai
warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang
maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan
sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan
pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali
kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan
dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada
Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya.
Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya,
manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai
manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang
menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat
beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya
pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan ketaqwaan kita
dengan jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan pengabdian kita
kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita
kepada sesama manusia dengan jalan suka
menolong, dermawan, dan sebagainya.
• mengurangi nafsu mengumpulkan
harta yang berlebihan.
• menekan perasaan negatif
seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
Sumber :
http://amrozi-gitz.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-harapan.html
http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-harapan.html
http://harapansatria.blogspot.com/2008/05/pengertian-doa.html
http://rulrul.wordpress.com/2011/03/16/rangkuman-ibd-manusia-dan-harapan/http://ilmubudayadasarardhi.blogspot.co.id/2012/11/manusia-dan-harapan.html Yoshida Rin May 19, 2018 New Google SEO Bandung, Indonesia
NAMA : IFAN EFENDI
NPM : 1B117043
PENGERTIAN KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal dari kata
gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak
tenang, tidak sabar, dan cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang
menggambarkan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatan, merasa
khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam
kecemasan.
Kegelisahan dapat diketahui dari
gejala tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku itu
umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang
tertentu sambil menundukkan kepala, memandang jauh ke depan sambil
mengepal-ngepalkan tangan, duduk termenung sambil memegang kepala, duduk dengan
wajah murung, dan malas bicara.
MACAM - MACAM KECEMASAN
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat,
bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan
(obyektif), kecemasan neorotik, dan kecemasan moril.
a). Kecemasan obyektif
Pengalaman perasaan sebagai
akibat pengamatan atau bahaya dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam
lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya
dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, bahwa seseorang mewarisi
kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda atau
keadaan tertentu dari lingkungannya.
b). Kecemasan neorotis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena
pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini
dibagi tiga macam, yakni:
Kecemasan yang timbul karena
penyesuaian diri dengan lingkungan, dan orang itu takut akan bayangannya
sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.
Bentuk ketakutan yang tegang dan
irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah intensitet ketakutan
melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya.
Rasa takut lain ialah rasa gugup,
gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi
yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan
untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan
dengan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id, meskipun ego dan superego
melarangnya.
c). Kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena
pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain iri,
benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, dan rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam
merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan
konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu, sering alasan untuk iri, benci,
dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat seperti itu adalah
sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut,
cemas, gelisah, dan putus asa.
SEBAB-SEBAB ORANG GELISAH
Sebab-sebab orang gelisah adalah
karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat
dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
USAHA-USAHA MENGATASI KEGELISAHAN
Mulai dari diri kita sendiri,
yaitu bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga
segala kesulitan dapat kita atasi.
Memasrahkan diri kepada Tuhan.
Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada-Nya. Kita harus percaya bahwa Tuhan
Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun.
KETERASINGAN
Katerasingan berasal dari kata
terasing, dan dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal
orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan
dari yang lain, atau terpencil. Jadi kata keterasingan berarti hal-hal yang
berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang
lain.
Yang menyebabkan orang berada
dalam keterasingan ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat
dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang,
sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Perbuatan iti misalnya mencuri, memperkosa, mengganggu istri orang, menghina
orang, dan sombong.
KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi
yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi
atau lengang, tidak berteman.
Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab
terjadinya kesepian. Salah satunya frustasi. Dalam hal itu, orang tidak mau
diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan lebih
senang hidup sendiri. Orang yang frustasi itu bersikap rendah diri, sengaja
menjauhi pergaulan ramai. Orang yang bersikap rendah diri, pemalu, minder,
merasa dirinya kurang berharga dibanding orang lain, maka orang itu lebih suka
menyendiri. Karena menyendiri itu mengakibatkan kesepian.
KETIDAKPASTIAN
Ketidakpastian berasal dari kata
tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa
arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas. Ketidakpastian artinya keadaan
yang tidak pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan
tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa asal-usul yang jelas.
Sebab-sebab terjadi
ketidakpastian
Orang yang pikirannya terganggu
tidak dapat berpikir secara teratur, apalagi mengambil kesimpulan. Dalam
berpikir, manusia selalu menerima rangsang-rangsang lain, sehingga jalan
pikirannya menjadi kacau oleh rangsang-rangsang baru. Kalau toh ia dapat
berpikir baik akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Beberapa sebab
orang tak dapat berpikir dengan pasti ialah:
Obsesi
Gejala neurosa jiwa, yaitu adanya
pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal
yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak diketahui oleh penderita.
Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.
Phobia
Rasa ketakutan yang tak
terkendali, tidak normal, kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya.
Kompulasi
Adanya keragu-raguan tentang apa
yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan
perbuatan yang serupa berkali-kali.
Histeria
Neorosa jiwa yang disebabkan oleh
tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf,
tidak mampu menguasai diri, sugesti dari sikap orang lain.
Delusi
Pikiran yang tidak beres, karena
berdasarkan suatu keyakinan palsu. Delusi ada tiga macam, yaitu:
a) Delusi persekusi
Menganggap keadaan sekitarnya
jelek.
b) Delusi keagungan
Menganggap dirinya orang penting
dan besar.
c) Delusi melancholis
Merasa dirinya bersalah, hina,
dan berdosa.
Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa
rangsangan pancaindera. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang
mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa
mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan dasarnya, sehingga dengan
timbulnya halusinasi dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang
sangat berpengaruh oleh emosinya. Ini nampak pada keseluruhan pribadinya,
antara lain gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat,
keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu
gembira dengan gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini
dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat,
gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa,
termenung, dan menyendiri.
USAHA – USAHA MENGATASI KETIDAKPASTIAN
Untuk dapat menyembuhkan keadaan
itu tergantung kepada mental penderita. Andaikata penyebab sudah diketahui,
kemungkinan juga tidak dapat sembuh. Bila hal itu terjadi, maka jalan yang
paling baik bagi penderita ialah diajak atau pergi sendiri ke psikolog.
Bila penyebabnya itu jelas,
misalnya rindu, obatnya mudah, yaitu dipertemukan dengan orang yang dirindukan.
Phobia atau jenis takut bisa
dilatih dari sedikit, sehingga tidak takut lagi.
Orang yang bersikap sombong atau
angkuh,bila mengalami musibah baru berkurang kesombongannya, tetapi mungkin
tidak. Andaikata mereka sadar, kesembuhan itu adalah karena pengalaman. Jadi
yang menyembuhkan adalah masyarakat sekitarnya dan dirinya sendiri.
SUMBER :
Seri Diktat Kuliah MKDU: Ilmu
Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji, Universitas Gunadarma
ibdbayuerfiyanto.blogspot.com/2010/04/ibd-bab-10-manusia-dan-kegelisahan.htmlhttp://ilmubudayadasarardhi.blogspot.co.id/2012/11/manusia-dan-kegeliasahan.html Yoshida Rin May 19, 2018 New Google SEO Bandung, Indonesia
NAMA : IFAN EFENDI
NPM : 1B117043
PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY)
Keadaan
wajib menanggung segala sesuatu. Sehingga bertanggung jawab menurut
kamus besar bahasa Indonesia adalah, berkewajiban bertanggung, memikul
jawab, menanggung segala sesuatu, atau memberikan jawab dan menanggung
akibatnya .
Tanggung
Jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
· MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
a. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap
orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengambangkan
kepribadian sebagai manusia trbadi. Dengan demikian bisa memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan menganai dirinya sendiri menunrut sifat
dasarnya manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang
pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusisa mempunyai pendapat
sendiri, perasaan sendiri angan angan sendiri sebagai perwujudan dari
pendapat perasaan dan angan angan masnusia berbuat dan bertindak.
Contoh
: Dina seorang pelajar, besok ia akan menghadapi ujian. Tapi dina sama
sekali tidak belajar. Sehingga saat ulangan berlangsung dina tidak
dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru nya. jadi dina harus
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri karena tidak mau belajar
saat ada ujian.
b. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari
suami-istri , ayah ibu dan anak anak, dan juga orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada
keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkun nama baik keluarga tapi
ketangung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan
kehidupan.
Contoh
: sebuah keluarga hidup dalam kemiskinana. Seorang ayah merasa sedih
karenan ke lima orang anak nya tidak mendapatkan kehidupan yang layak,
sehingga demi tanggung jawab nya terhadap keluarga maka seorang ayah ini
rela mencuri demi menghidupi keluarga nya.
c. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusai tidak bisa hidup tanoa bantuan omanusia
lain, sesua dengan kedudukannya sebagai mahluk social. Karena
membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia
lain tersebut. Sehingga mdengan demikian manusia disisni merupakan
anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti
anggota masyarakat lain agat dapat melangsungkan hidupnya dalam
masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkat lkau dan
perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
Contoh
: Toni adalah seorang yang sangat pemalas. Suatu ketika diadakan
gotong royong dikampung nya, tetapi toni tidak mau berpatisipasi dalam
kegiatan itu sehingga ia mendapat teguran dari kepala desa. Setelah
diberikan pengertian, akhirnya toni mau ikut bergotong royong karena
gotong royong merupakan salah satu tanggung jawab nya terhadap
masyarakat.
d. Tanggung Jawab Terhadap Bangsa/Negeri
Bahwa setiap manusia adalah warga Negara suatu Negara dalam
berpikir, berbuat, bertindak, ertingkah laku manusia terikat oleh norma
norma atau ukuran ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat
berbuat semuanya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus
bertanggung jawab kepada Negara.
Contoh
: Seseorang aparatur negara rela mengorbankan jiwa dan raga nya
terhadap bangsa nya karena merupakan tanggung jawabnya terhadap
negara/bangsa.
e. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab,
melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab
langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lpas
daei hukuman hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suco
melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman hukuman tersebut
akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika perungatan yang keraspun
manusia masih juga tidak menghiraikan maka Tuhan akan melakukan
kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah perintah Tuhan. Berarti
menginggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan
sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya manusia
harus berkorban.
Contoh
: setiap manusia wajib melaksanakan kewajiban nya mejalankan agama
yang dipercayai nya, karena itu merupakan tanggung jawab dirinya
terhadap Tuhan.
· PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
a. Pengabdian terhadap Tuhan yang Maha
EsaYaitu
penyerahan diri secara penuh terhadap Tuhan dan merupakan perwujudan
tanggung jawabnya yang juga diikuti oleh pengorbanan. Contoh: Umat Islam
melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari, melakukan zakat,
melaksanakan kurban dan sebagainya, itu semua tidak lain adalah untuk
pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Pengabdian kepada masyarakat
Ini
timbul karena manusia dibesarkan dan hidup dalam masyarakat, sehingga
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kemudian melakukan pengabdian juga
pengorbanan. Contoh: Seorang mahasiswa yang telah lulus, kemudian
berusaha memajukan pendidikan di desanya dengan mendirikan sekolah,
walaupun tanpa imbalan apapun, ia lakukan demi kemajuan desanya.
c. Pengabdian kepada raja
Yaitu
suatu penyerahan diri secara ikhlas kepada rajanya, karena dianggap
yang melindunginya, walaupun sekarang jarang terjadi. Contoh: Seorang
gadis dengan suka rela dijadikan selir oleh rajanya.
d. Pengabdian kepada negara
Timbul
karena seseorang merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian
(kelangsungan) negara dan demi persatuan kesatuan bangsa. Contoh: Dalam
usaha merebut kembali Irian Barat dari penjajah Belanda, banyak pemuda
yang mendaftarkan diri menjadi sukarelawan.
e. Pengabdian kepada harta
Ini
terjadi karena seseorang memandang bahwa harta yang menghidupinya,
sehingga tindakan- tindakannya semata- mata demi harta. Kadang- kadang
ia tanpa menyadari justru mengorbankan dirinya untuk mempertahankan
hartanya, yang akhirnya tidak dapat menikmati hartanya.
f. Pengabdian kepada keluarga
Ini timbul karena keinginan untuk membahagiakan keluarga dengan terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan batin secara layak.
Jadi
dengan melihat pengertian maupun macam- macam pengabdian/ pengorbanan,
memahami arti dan makna pengabdian dan pengorbanan, diharapkan kita
meneladaninya, karena sebenarnya hakekat pengabdian/ pengorbanan adalah
merupakan usaha memikul tanggung jawab dan melaksanakan kewajiban
sebagai manusia.
SUMBER :
http://ceciliamargaretha.blogspot.co.id/2012/01/ibd3-3-manusia-dan-tanggung-jawab.html Yoshida Rin May 18, 2018 New Google SEO Bandung, Indonesia
Manusia
dan Pandangan Hidup
8.1 Pengertian Pandangan Hidup dan Ideologi
Pengertian
Pandangan Hihup
Menurut
Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan
didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap
hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian
hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang hidup tanpa pandangan hidup meskipun
tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang
karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Apa
yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh
pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan sesuatu itu pandangan
hidup, sebab dapat pula hanya suatuidealisasi belaka yang mengikuti kebiasaan
berfikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Setiap Bangsa, Negara
maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup yang jelas, suatu Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan
dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak
masyarakat yang semakin maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula
seseorang akan mampu membangun dirinya.
Pandangan
hidup cendrung diikat oleh nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap
dalam pembuatan, pembenaran atau rasionalisasi nilai-nilai. Pandangan hidup
memberi pandangan pada nilai-nilai yang dimilikinya sendiri baik Bangsa, Negara
maupun manusia yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekat untuk
mewujudkannya.
Sumber
pandangan hidup dan macam-macam pandangan hidup yaitu pandangan hidup yang
bersumber dari agama (pandangan hidup muslim). Pandangan hidup ini memiliki
kebenaran mutlak. Contoh, pandangan hidup muslim(orang islam) bersumber dari
Al-Quran dan sunnah (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Dengan
demikian maka pandangan hidup muslim yang setia kepada islamtentang
berbagaimasalah asasi hidup manusia, merupakan jawaban muslim yang islam
oriented mengenai berbagai persoalan pokok hidup manusia yang tersimpul dalam
Al-Quran dan Hadits.
Ideologi
Menurut
William J. Goode, dalam bukunya Vocabulary for Sosiology (1959) ideologi
mengandung dua hal. Yaitu:
1) Unsur-unsur
filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan.
2)Pembenaran
intelektual untuk seperangka norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi
merupakan komponen dasar terakhir dari sistem-sistem dasar kepercayaan dan
petunjuk hidup sehari-hari. Sesuatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga
unsur, yaitu:
a) Pandangan hidup (world view)
a) Pandangan hidup (world view)
b) Nilai-nilai (value)
c) Norma-norma (lenski, 1974)
Pandangan
ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi.
Kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa
(why) tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat
mengepresikan hasil kebudayaan untuk
mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu pengetahuan mampu
menjawap pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Pada abad ke-18 dan pada awal ke-20 banyak
orang berfikir bahwa ilmu pengetahuandapat menggantikan semua kedudukan
ideologi (termasuk pandangan hidup) dan merupakan pelengkap terakhir dari keterbatasab
pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa sains modern telah memikirkan segala
sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap mengambil sejumlah kemudahan
dalam rumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun sains tidak dapat
menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari soal-soal yang
berdasar tentang realitas.
Dalam
ideologi tindak hanya ada norma dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai.
Hanya yang penting ialah nilai-nilai itu cendrung mengikat pandangan hidup.
Pandangan hidup merupakan pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau
rasionalisasi untuk nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu kegiatan;
pandangan hidup memberi semangat kepada nilai-nilai.
Dari
uraian diatas, nampak pada kita bahwa ideologi lebih luas dari pada pandangan
hidup. Ideologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Ideologi
digunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi
masyarakat atau ideologi kelompok tertentu. Tetapi, lahirnya suatu Ideologi
dapat disusun secara sadar oleh tokoh-tokoh pemikir suatu masyarakat atau
golongan tertentu dari masyarakat, yang diperuntukan bagi masyarakat.
8.2 Cita-Cita
Cita-cita
adalah suatu keiginan yang terkandung didalam hati, karena itu cita-cita juga
berarti angan-angan, keiginan, harapan, atau tujuan. Cita-cita tidak dapat
dipaksakan dari kehidupan manusia, karena tanpa cita-cita berarti manusia tanpa
dinamika. Tidak ada dinamika berarti tidak ada kemajuan dan hidup asal hidup saja. Itu sebabnya sikap
hidup hanya menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak hasil seni yang
melukiskan cita-cita, kebajikan dan sikap hidup seseorang. Cita-cita sering
lkali berupa perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang tidak ada dalam
hati. Cita-cita diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau
harapan, keinginan ada yang baik dan ada yang buruk, keinginan yang baik adalah
keinginan yang dicapai dengan tidak merugikan orang lain. Keinginan buruk
adalah keinginan yang dapat merugikan orang lain. Cita-cita berarti harapan,
keinginan, dan tujuan.
8.3 Kebajikan
Kebajikan
dapat diartikan kebaikan atau perbuatan
yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan
kebahagiaan. Manusia berbuat kebaikan karena menurut kodratnya, manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dengan kesucian jiwanya itu mendorong
hati nuraninya untuk berbuat kebaikan. “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan”. (Q. S AN-Nahl = 90).
Manusia adalah
seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu
terpisah bila manusia meninggal. Karena pribadi merupakan, manusia mempunyai
pendapai sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita
sendiri dan sebagainya. Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup
bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling tolong menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling
membanci, saling merugikan dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk tuhan,
diciptakan manusia dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia di lengkapi
kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah,
air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Kebajikan dapat dilihat dari tiga segi
yaitu:
a. Manusia sebagai pribadi; dapat menentukan
baik buruk. Yang menentukan baik buruk itu adalah suara hati. Suara hati
bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi, suara hati
itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih
yang baik, namun manusia sering kali tidak mau mendengarkannya.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat; yang
menentukan baik buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah
baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik.
c. Manusia sebagai makhluk Tuhan; melakukan apa
yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kebajikan dapat
dikelompokkan dalam tiga, yaiu:
a. Kebajikan
yang berupa tingkah laku, misalnya sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW
merupakan Rahmatan Lil’alamin.
b. Kebajikan
yang berupa benda-benda, misalnya harta kekayaan, bila tidak diamalkan maka
harta tersebut hanya berjasa bagi pemiliknya saja, bila diamalkan harta
demikian berfungsi untuk sosial.
c. Kebajikan yang berupa benda yang tak berwujud,
misalnya ilmu pengetahuan, kemampuan dan keahlian untuk menciptakan sesuatu.
Pepatah
mengatakan bahwa. “Ilmu yang tidak di amalkan ibarat pohon yang tidak berbuah”.
Tetapi ilmu yang diamalkan memiliki makna kebajikan dan keutamaan yang dalam
sekali. Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapa yang di kehendaki baik oleh
Allah maka ia di pintarkan dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian
dalam hal itu”. (H. R Bukhari, Muslim, Tabrani).
Hadits diatas
menjelaskan bahwa betapa tinggi nilai ilmu pengetahuan itu sehingga
dipersamakan seiring dengan derajat kenabian, betapa pula rendahnya suatu
amalan yang sunyi dari ilmu pengetahuan, sekalipun yang beramal ibadat itu
tentunya tidak terlepas dari pengetahuan cara ibadat yang senantiasa di
kekalkan mengerjakannya, maka jika tanpa pengetahuan cara peribadatannya
pastilah bukan ibadat namanya.
8.4
Usaha/ Perjuangan
Usaha/perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita – cita. Setiap manusia harus kerja
keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan, perjuangan untuk hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan manusia tak dapat hidup sempurna. Apabila manusia ingin
menjadi kaya, ia harus kerja keras. Bila seseorang ingin menjadi ilmuwan, ia
harus rajin belajar dan mengikuti semua ketentuan akademik.
Kerja
keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan bisa juga
keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada
jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras dengan jasmani/tenaganya
daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat
dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak
mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh bermalas – malasan,
bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan
manusia yang mengaturnya. Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras,
sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk
kepada para pengikutnya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya,
dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok”.
Untuk
kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah
timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya.
Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang bekerja
dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh
penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai
ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian / ketrampilan itu
suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu
dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “Long life
education”.
8.5
Keyakinan
atau Kepercayaan
Menurut Prof.
Dr. Harun Nasution (bahan ceramah pada
perantaran pengajar Ilmu Budaya Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut beliau
ada tiga aliran filsafat:
a. Aliran Naturalisme
Hidup manusia
dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan
gaib itu dari natur, dan natur itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya
pada Tuhan, natur itulah yang tinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap
dengan hukum-hukumnya, secara mutlak di kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk
tidak mampu menguasai alam ini karena manusia itu lemah, manusia hanya dapat
berusaha dan berencana tapi yang menentukannya adalah Tuhan. Bagi yang percaya
pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan, karena itu manusia mengabdi pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran
agama ada dua yaitu:
Ajaran agama
yang dogmatis yaitu yang di sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap
dan tidak berubah.
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu
sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas) dan berubah sesuai
dengan perkembangan agama.
Apabila
aliran naturalisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup maka keyakinan
manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidup yang dilandasi oleh
ajaran-ajaran agama, manusia yakin bahwa kebajikan itu di ridhai oleh Tuhan.
Pandangan hidup yang dilandasi bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang
menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup keagamaan (religius),
sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan
tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur dan pandangan hidup yang
dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu kebajikan natur dan
pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut pandangan hidup komunisme.
b. Aliran Intelektualisme
Dasar
aliran ini adalah akal atau logika. Manusia mengutamakan akal, dengan akal
manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun mungkin
bertentangan dengan hati nurani . akal berasal dari bahasa Arab yang artinya
Kalbu yang berpusat dihati, sehingga timbullah istilah “Hati Nurani” artinya
daya rasa.
Apabila
aliran ini di hubungkan dengan pandangan hidup, maka keyahinan manusia itu bermula
dari akal. Jadi, pandangan hidup itu dilandasi oleh keyakinan, kebenaran yang
diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa
kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal.
c. Aliran Gabungan
Aliran
gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan
yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu.
Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berfikir maupun sebagai
lohika rasa. Jadi, apa yang benar menurut logika berfikir, juga dapat diterima
oleh hati nurani. Logika berfikir tidak ditekankan pada logika berfikit
individu, melainkan logika berfikir kolektef (masyarakat) pandangan hidup ini
adalah disebut sosialisme akal dalam arti baik sebagai logika berfikir maupun
sebagai daya rasa, logika berfikir secara individual maupun kolektif. Pandangan
hidup ini disebut sosialisme religius. Dua pandangan hidup ini terdapat
perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme menekan pada logika berfikir
kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius menekan pada logika
berfikir kolektif dan individual. Pandangan hidup sosialisme mengutamakan
logika berfikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius
mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan hati nurani.
8.6
Langkah-Langkah
Berpandangan Hidup yang Baik
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita
memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada
yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada
pula yang memperlakukan sebagai sarana kesejahteraan, ketenteraman dan
sebagainya. Maka kita seharusnya
mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai
langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana
mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Maka dari itu di bawah ini beberapa
langkah-langkah dalam berpandangan hidup yang baik, sebagat berikut:
1. Mengenal.
Mengenal ini
merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dan setiap
aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai
pandangan hidup.
2. Mengerti
Tahap kedua
untuk berpandangan hidup yang balk adalah mengerti. Mengerti di sini
dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara
kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila
kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan
bernegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup pada agama islam, hendaknya
kita mengerti apa itu Al Qur’an, hadits dan bagaimana ketiganya itu mengatur
kehidupan baik di dunia maupun di akherat. Selain itu juga kita mengerti untuk
apa dan dan mana Al Qur’an, hadits, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian
mempunyai suatu konsep pengrrtian tentang pandangan hidup Islam itu.
3. Menghayati
Menghayati di
sini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu
dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri.
Dengan menganalisa dan bertanya kepada orang yang lebih mampu dalam pemahaman
pandangan hidup.
4. Meyakini
Setelah
mengetahui kebenaran dan validitasnya, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau
dan segi kemasyarakatan maupun bernegara dan dan kehidupan di akherat, maka hendaknya
kita menyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini merupakan
suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai
suatu tujuan hidupnya.
5. Mengabdi
Pengabdian
merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang
telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih – lebih oleh orang lain.
Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedang perwujudan manfaat
mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan mengabdi itu
sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di
alam akherat. Dampak berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi
kepada orang kedua orang tua. Jadi bila kita sudah mengenal, mengerti,
menghayati dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan
pengabdian Dan pengabdian maka hendaknya dijadikan pakaiannya baik dalam waktu
tenteram lebih-lebih bila menghadapi hambatan dan tantangan.
6. Mengamankan
Proses
mengamankan mi merupakan langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit
kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses
mengamankan ini. Langkah yang terakhir ini merupakan langkah yang terberat dan
benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi
segala sesuatu demi tetap tegaknya pandangan hidup itu. Misalnya seorang yang
beragama Islam dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnya, lain suatu ketika
dia dicela baik secara langsung ataupun secara tidak Iangsung, maka jelas dia
tak menenima celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin merusak atau bahkan
ingin memusnahkan agama Islam baik terang-terangan ataupun secara diam-diam,
sudah tentu dan sudah selayaknya bila kita mengadakan tindakan terhadap segala
sesuatu yang menjadi pengganggu. Dengan kata lain para pengikut pandangan hidup
Islam akan bertindak untuk mengamankan terhadap segala tindakan yang bermaksud
atau ingin mengganggu salah satu diantara pandangan hidup itu, pasti ditindak selain oleh Allah kelak juga
oleh para pengikut Islam itu sendiri.
Reference :
http://ilmubudayadasarbab6-bab10-13515917.blogspot.co.id/
Yoshida Rin
April 21, 2018
New Google SEO
Bandung, IndonesiaReference :
http://ilmubudayadasarbab6-bab10-13515917.blogspot.co.id/
ILMU BUDAYA DASAR : BAB 8 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Posted by Blognya ivan on Saturday, 21 April 2018
NAMA : IFAN EFENDI
NPM : 1B117043
BAB 7
Manusia Dan
Keadilan
7.1
Pengertian Keadilan
Keadilan adalah
kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang. Menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta, kata adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun
tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan
perlakukan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Menurut
Aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia, kelayakan
diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak
dan terlalu sedikit. . Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa
keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan
kewajiban. Dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap orang
memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama
dari kekayaan bersama.
7.2
Keadilan Sosial
Bung Hatta dalam uraiannya mengenai
sila “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia” menulis sebagai berikut
“keadilan social adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia
yang adil dan makmur.” Selanjutnya diuraikan bahwa para pemimpin Indonesia yang
menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan social dalam bidang ekonomi
adalah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
7.3
Berbagai
Macam Keadilan
a) Keadilan individual, adalah
keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau buruk masing-masing individu.
b) Keadilan sosial, adalah
keadilan yang pelaksanaanya bergantung pada struktur – struktur itu terdapat
dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan ideologi.
c) Keadilan legal (keadilan moral)
terwujud bila setiap anggota dalam masyarakat melakukan fungsinya dengan baik
menurut kemampuannya atau jeadilan terwujud bila setiap orang
melaksanakanpekerjaanya menurut sifat dasarnya yang paling cocok
d) Keadilan distributif terwujud
apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
contoh, sistem penggajian/upah, lulusan SMA dibedakan dengan lulusan sarjana.
e) Keadilan komutatif terwujud
apabila tindakan nya tidak bercorak ekstrim sehingga merusak atau menghancurkan
pertalian didalam masyarakay, sehingga masyarakat menjadi tidak tertib. guna
keadilan komutatif untuk memeliharaketertiban masyarakat dan kepentinagn
publik.
7.4
Kejujuran
Kejujuran atau
jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa
yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataanyang ada
itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih
hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu
dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus
sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau
kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata atau perbuatan.
7.5 Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan
ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak
serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau
kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan WJS Purwadarminta, kecurangan berarti
tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil dan keculasan (Karni, 2000:49).
Didalam buku Black’s Law Dictionary yang dikutip oleh Tunggal (2001:2)
dijelaskan satu definisi hukum dari kecurangan, yaitu berbagai macam alat yang
dengan lihai dipakai dan dipergunakan oleh seseorang untuk mendapatkan
keuntungan terhadap orang lain, dengan cara bujukan palsu atau dengan menutupi
kebenaran, dan meliputi semua cara-cara mendadak, tipu daya (trick), kelicikan (cunning),
mengelabui (dissembling), dan setiap cara tidak jujur, sehingga pihak orang
lain bisa ditipu, dicurangi atau ditipu (cheated).
7.6
Perhitungan
(HISAB)
Dinegara kita
ada suatu lembaga khusus yang menangani kejahatan yaitu POLISI, disini polisi
akan menyelidiki, dan mengungkap berbagai macam kasus kejahatan yang di lakukan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan yang selanjutnya akan
diserahkan kepengadilan untuk diproses menurut UUD. Dalam islam kita kenal
yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan segala amal dan perbuatan kita semasa
hidup kita didunia. disini manusia yang telah meninggal akan di hitung semua
amal baik dan buruknya jika amal baiknya lebih banyak maka iya akan masuk surga
dan jika amal buruknya jauh lebih banyak maka akan masuk neraka. dan di neraka
inilah segala perbuatan jahat manusia di dunia akan di balas sesuai dengan
banyaknya kejahatan mereka didunia.
7.7 Pemulihan Nama
Baik
Nama baik merupakan tujuan utama
orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga
dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Penjagaan nama baik erat hubunganya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan
perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin
pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan – perbuatan yang dihalalkan agama dan
lain sebagainya. Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan
segala kesalahannya; bahwa apa yang telah diperbuatnya tidak sesuai dengan
ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak
7.8
Pembalasan
Pembalasan ialah
suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Dimana ada korban yang dirugikan atas
reaksi itu, pembalasan dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang
seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Dalam Al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan akan memberikan pembalasan bagi
orang-orang yang bertaqwa yaitu dengan surga. Bagi yang tidak bertakwa kepada
Tuhan diberikan pembalasan atau siksaan dan bagi yang mengingkari perintah
Tuhanpun diberikan pembalasan atau siksaan api neraka. Pembalasan disebabkan
sifat dendam. Dendam merupakan sifat yang di benci oleh tuhan, dan merupakan
sifat tercela, sifat ini belum akan merasa puas apabila diri kita belum
membalaskan kekecewaan atau kekesalan hati kita terhadap oarang yang melakukan
kejahatan kepada kita.Reference :
http://ilmubudayadasarbab6-bab10-13515917.blogspot.co.id/ Yoshida Rin April 21, 2018 New Google SEO Bandung, Indonesia