NAMA : IFAN EFENDI
NPM : 1B117043
Soal :
1. Apa
yang anda ketahui tentang Prasangka & Diskriminasi ?
Prasangka
Istilah
prasangka sering digunakan untuk menggambarkan kecenderungan untuk menganggap
hal lain dengan cara negatif. Meskipun etnosentrisme dan stereotip konsekuensi
normal dan tak terhindarkan dari fungsi psikologis, prasangka tidak
demikian. Prasangka hanya hasil dari ketidakmampuan individu untuk
menyadari keterbatasan dalam berpikir etnosentris dan stereotip-nya. Prasangka
memiliki dua komponen: komponen (berpikir) kognitif, dan komponen (perasaan)
afektif. Stereotip membentuk dasar dari komponen kognitif dari prasangka,
stereotip, keyakinan, pendapat, dan sikap terhadap orang lain. Komponen
afektif terdiri dari satu perasaan pribadi terhadap kelompok orang
lain. Perasaan ini mungkin termasuk kemarahan, penghinaan, kebencian,
penghinaan, atau bahkan kasih sayang, dan simpati. Walaupun komponen kognitif
serta afektif sering berhubungan, mereka tidak perlu, dan sebenarnya mungkin
ada secara independen satu sama lain dalam orang yang sama. Artinya, seseorang
mungkin memiliki perasaan tentang sekelompok orang tertentu tanpa bisa
menentukan stereotip tentang mereka, dan seseorang mungkin memiliki keyakinan
stereotip tentang orang lain yang terlepas dari perasaan mereka.
Diskriminasi
Merujuk
kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu
tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia
untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara
tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama
dan kepercayaan, aliranpolitik, kondisi fisik atau karateristik lain yang
diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diskriminasi langsung, terjadi
saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat
adanya peluang yang sama.
2. Diskriminasi tidak langsung, terjadi
saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan
di lapangan.
2. Apa
yang anda ketahui tentang Etnosentrisme ?
Etnosentris adalah kecenderungan untuk
melihat dunia melalui filter budaya sendiri. Istilah ini sering dipandang
negatif, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melihat orang lain
dengan cara di luar latar belakang budaya anda sendiri. Sebuah definisi terkait
etnosentrisme memiliki kecenderungan untuk menilai orang dari kelompok,
masyarakat, atau gaya hidup yang lain sesuai dengan standar dalam kelompok atau
budaya sendiri, seringkali melihat kelompok lainnya sebagai inferior
(lebih rendah) (Healey, 1998; Noel, 1968).
3. Bagaimana
upaya untuk mengurangi atau menghilangkan prasangka & diskriminasi ?
Jawab
:
Upaya Mengurangi
Prasangka
Berikut adalah upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam
mengurangi prasangka, yakni melalui hubungan antar kelompok, melalui
sosialisasi, melalui rekayasa sosial, maupun melalui penyadaran diri pribadi.
1.
Melalui Hubungan Antar Kelompok
Menurut salah satu teori hubungan antar kelompok yakni
‘the contact hypothesis’, diasumsikan bahwa anggota kelompok yang berbeda bila
melakukan interaksi satu sama lain akan mengurangi banyak prasangka antara
mereka, dan menghasilkan sikap antar kelompok dan stereotip yang lebih positif
(Manstead & Hewstone, 1995). Semakin banyak dan erat interaksi yang terjadi
maka prasangka dan stereotip negatif akan semakin berkurang.
2.
Melalui Sosialisasi
Upaya sosialisasi nilai-nilai egalitarian dan tidak
berprasangka bisa dilakukan di rumah atau keluarga, di sekolah maupun
dimasyarakat. Keluarga adalah faktor yang sangat penting dalam sosialisasi
nilai-nilai yang mendorong anak-anak tidak berprasangka. Hanya memang, keluarga
tidak menjadi satu-satunya faktor yang dominan. Bisa jadi keluarga yang telah
mendorong sikap berprasangka tetap tidak berhasil membuat anak tidak
berprasangka karena sekolah atau teman-teman sebayanya tidak mendukung upaya
itu. Demikian juga sebaliknya, upaya sekolah untuk mengurangi prasangka mungkin
tidak akan berhasil jika di rumah situasi keluarga tidak mendukung.
Sebuah keluarga memainkan peranan yang sangat penting
dalam memberikan dasar-dasar bagi tumbuhnya kesadaran akan pluralitas. Ketika
suatu keluarga memiliki prasangka yang tinggi terhadap kelompok lain, maka
itulah yang cenderung ditanamkan pada anak-anak dalam keluarga itu melalui
idiom-idiom bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Apalagi stereotip dan
juga prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa tanpa
pernah ada kontak dengan tujuan/objek stereotip dan prasangka (Brisslin, 1993).
Keadaan ini membuat kecenderungan kuat bahwa orangtua yang berprasangka akan
melahirkan anak-anak berprasangka. Sebagai misal, meskipun anak-anak etnis jawa
tidak pernah bertemu dengan etnis Batak, tetapi bila sang orangtua terus
menerus mengatakan pada anak-anak secara negatif tentang etnik Batak maka
anak-anak juga akan mengembangkan perasaan negatif pada etnik Batak.
Anak-anak belajar melalui identifikasi atau imitasi, atau
melalui pembiasaan. Apa yang dilakukan orangtua, anggota keluarga lain dan
semua yang dilihat anak-anak akan ditiru. Misalnya orang tua sering
mengata-ngatai tetangganya yang beretnis jawa dengan kata-kata “dasar jawa”,
maka sang anak juga akan meniru dan mengembangkan perasaan tidak suka terhadap
etnik jawa secara keseluruhan.
Ada beberapa cara yang mungkin berguna dalam upaya
mendidik anak-anak dalam keluarga agar memiliki pemahaman lintas budaya yang
tinggi, yang pada gilirannya akan mengurangi prasangka, yaitu :
- Berkata tidak pada komentar yang merendahkan etnis tertentu (Breitman & Hatch, 2001). Orangtua harus tegas menyatakan sikap tidak senang, kalau perlu disertai hukuman secara konsisten atas kata-kata rasis-diskriminatif-etnosentris yang diucapkan anak-anak. misalnya menegur anak-anak yang berkata-kata mengumpat teman lainnya dengan kata-kata menghina berdasarkan etnik, seperti “dasar orang sunda”,”dasar orang madura”, dan lain-lain.
- Di rumah disediakan bacaan yang berpotensi menumbuhkan kesadaran akan pluralitas, misalnya dongeng-dongeng dari berbagai etnik dari seluruh nusantara.
- Lebih mendorong dengan pujian jika anak berhasil menjalin hubungan perkawanan dengan anak dari etnik lain.
- Tidak mentoleransi adanya perlakuan diskriminatif oleh anak-anak pada teman-temannya hanya karena didasarkan pada latar belakang etniknya.
3.
Melalui Rekayasa Sosial
Prasangka etnik tidak hanya disebabkan oleh faktor
psikologis semata, ia juga disebabkan oleh faktor sejarah, ekonomi, politik,
budaya, dan struktur sosial (Brown, 1995). Karenanya diperlukan adanya
political will yang kuat dari pemerintah untuk melakukan upaya-upaya mengurangi
prasangka. Sebab hanya pemerintah yang memiliki kemampuan melakukan social
engineering secara luas dan memaksa, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun
sosial.
4.
Melalui Penyadaran Diri
Sejauh ini telah dikemukakan beberapa upaya mengurangi
prasangka melalui interaksi dengan pihak lain, melalui keluarga, sekolah dan
media, maka tiba saatnya kita berupaya mengurangi prasangka yang kita miliki
sendiri yang mungkin kurang kita sadari. David W. Johnson (2000) memberikan
pada kita beberapa saran untuk mengurangi prasangka yang kita miliki :
- Mengakui bahwa kita berprasangka dan bertekad untuk menguranginya.
- Mengidentifikasi stereotip yang merefleksikan atau menggambarkan prasangka kita dan mengubahnya.
- Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang merefleksikan atau menggambarkan prasangka kita dan mengubahnya.
- Mencari umpan balik dari teman dan rekan yang berbeda-beda latar belakangnya tentang seberapa baik cara kita berkomunikasi, apakah terlihat cukup respek pada mereka dan menghargai perbedaan yang ada.
Sumber
:
https://arihdyacaesar.com/2012/01/13/etnosentrisme-stereotip-dan-prasangka/
http://smartpsikologi.blogspot.co.id/2007/08/mengurangi-prasangka-etnik.html
Thanks for reading & sharing Blognya ivan
0 comments:
Post a Comment